oleh : Asri Juli
Pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) tengah ramai menjadi sorotan pasca terpilihnya Menteri Pendidikan baru yaitu Prof. Abdul Mu’ti. Pendekatan Deep Learning digaungkan sebagai kebijakan kementrian pendidikan pada periode pemerintahan baru untuk menjawab tantangan dunia pendidikan pasca pandemi covid-19 yaitu learning loss.
Kurikulum yang berlaku pada masa pasca pandemi adalah Kurikulum Merdeka yang menjadi kebijakan Mendikbudristekdikti Nadiem Makarim. Berlakunya kurikulum ini diikuti dengan berbagai program dan kebijakan baik untuk sekolah, pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik. Namun, dalam implementasinya Kurikulum Merdeka belum dapat dilaksanakan secara merata di seluruh sekolah di Indonesia karena proses sosialisasi kepada satuan pendidikan masih belum tuntas sehingga banyak pihak terkait yang belum memahami secara mendalam terkait Kurikulum Merdeka.
Kurikulum baru yang diluncurkan pada masa pasca pandemi memicu persoalan lain di tengah kondisi learning loss yang dialami seluruh siswa di Indonesia. Dalam kondisi siswa mengalami penurunan kemampuan belajar, motivasi dan pencapaian akademis akibat kondisi covid-19, setelah sekolah mulai kembali normal guru-guru disibukan dengan adaptasi dengan kurikulum baru yang menuntut guru untuk belajar lagi melalui berbagai pelatihan, semina dan program peningkatan kompetensi lainnya. Akibatnya, guru-guru terbebani berbagai tugas administratif dan tuntutan professional sehingga seringkali meninggalkan pembelajaran di kelas.
Brain Rot
Tidak dapat dipungkiri masa pandemi covid-19 meningkatkan angka prosentase interaksi manusia dengan gawai dan internet. Bahkan pasca pandemi covid-19, rata-rata masyarakat Indonesia menatap layar (screen time) selama 6 jam per hari dengan menyaksikan konten-konten tidak berkualitas. Hal ini memicu penurunan kemampuan berpikir terutama dalam kemampuan kognitif, analisis dan kemampuan mengingat atau disebut dengan istilah brain rot.
Hal inilah yang terjadi pada anak-anak di usia sekolah dimana kegiatan sekolah yang sudah kembali normal tidak mampu mengalihkan ketergantungan mereka terhadap gawai. Beberapa sekolah menerapkan kebijakan tidak membawa gawai di sekolah sehingga selama di sekolah anak dapat menanggalkan gawai. Namun, saat di rumah anak kembali mendapatkan akses terhadapa gawainya dan kembali pada aktivitas screen time tanpa pengawasan dari orang tua.
Kekurangan kemampuan berpikir akibat terlalu lama mengonsumsi konten yang tidak berkualitas menyebabkan peserta didik terhambat dalam berpikir kritis, beradaptasi dan meningkatkan kecemasan (depresi). Dapat dibayangkan kondisi pembelajaran di sekolah pasca pandemi dimana para guru sibuk dengan tuntutan kinerja dan beradaptasi dengan Kurikulum Merdeka sedangkan anak-anak dalam kondisi kemampuan berpikir yang terhambat akibat brain rot. Maka yang terjadi adalah kondisi sekolah tapi tidak belajar. Artinya, pembelajaran yang terjadi hanya sekedar formalitas memenuhi jam pembelajaran tanpa ada kebermaknaan dalam kegiatan pembelajaran.
Merdeka belum mendalam
Merdeka belajar adalah paradigma pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada siswa dan guru untuk memilih dan emngembangkan potensi mereka. Paradigma merdeka belajar merupakan kebijakan progresif yang dilakukan pemerintah dimana anak dipandang sebagai pusat pembelajaran bukan lagi guru sebagai pusat pembelajaran. Melalui Merdeka belajar, proses pembelajaran diharapkan berjalan lebih dinamis.
Dalam implementasinya baik sekolah ataupun guru masih dalam proses adaptasi terhadap Kurikulum Merdeka termasuk dalam melaksanakan teknis pembelajaran di dalam kelas. Pada praktiknya, banyak guru yang telah sukses mengubah kelas menjadi lebih menyenangkan dalam proses pembelajaran melalui berbagai metode. Akan tetapi, kegiatan yang menyenangkan tersebut tidak terjadi dalam seluruh pembelajaran hanya pada saat ice breaking dan games (permainan) sedangkan pada kegiatan materi pembelajaran baik peserta didik maupun guru belum mendalami materi tersebut sebagai pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan.
Sebetulnya, kurikulum Merdeka memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa dan guru untuk mengeksplorasi materi pembelajaran sesuai dengan minatnya tetapi dalam pendalaman terhadap materi terutama berkaitan dengan kebermaknaan materi dalam kehidupan nyata belum optimal. Banyak faKtor yang memengaruhi hal tersebut, seperti pemahamam guru terhadap kurikulum Merdeka belum komprehensif serta kurangnya referensi dalam praktik pembelajaran.
Deep Learning
Deep Learning adalah pendekatan yang menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful) dan menggembirakan (joyful) melalui olah pikir (intelektual), olah hati (etika), olah rasa (estetika) dan olah raga (kinestetik) secara holistic dan terpadu.
Wacana pendekatan Deep learning digaungkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu’ti sebagai kebijakan baru dalam system pendidikan di Indonesia. Meskipun, mendapat banyak kritik terkait pergantian kurikulum namun Prof. Abdul Mu’ti menegaskan bahwa pembelajaran mendalam (Deep Learning) bukan kurikulum tapi pendekatan pembelajaran.
Pendekatan ini dianggap penting untuk diterapkan agar pembelajaran di sekolah memiliki dampak yang nyata dalam Pembangunan karakter dan peningkatan kemampuan berpikir peserta didik. Selama ini, pembelajaran di sekolah lebih menekankan pada pencapaian berbagai materi pelajaran tanpa mengukur kebermaknaan materi tersebut dalam kehidupan peserta didik. Sehingga, pendekatan pembelajaran mendalam diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi guru dan peserta didik dalam mengeksplorasi materi pembelajaran yang bermakna bagi kehidupan nyata.
Pembelajaran mendalam (deep learning) bersandar pada prinsip berkesedaran, bermakna dan gembira yang terlaksana melalui olah pikir, olah hati, olah rasa dan olahraga dengn tujuan mewujudkan penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, komunikasi, kewargaan, Kesehatan, iman & takwa dan kemandirian. Melalui implementasi pembelajaran mendalam, siswa dapat terlibat lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga akan terjadi peningkatan kemampuan berpikir dari kondisi lemahnya kemampuan berpikir akibat gawai (brain rot).
Belajar sejati
Pembelajaran mendalam (deep learning) bukanlah wacana baru dalam dunia pendidikan di Indonesia, YB Mangunwijaya atau lebih dikenal dengan Romo Mangun menggagas pendidikan alternatif yang berorientasi mengajarkan keterampilan hidup pada anak dengan menekankan proses belajar sejati dengan suasana hati merdeka.
Belajar sejati merupakan bentuk kesadaran untuk terus belajar seumur hidup. Untuk dapat mengantar anak pada belajar sejati diperlukan suasana hati merdeka dimana mereka belajar tanpa paksaan dan tekanan. Romo Mangun berpendapat bahwa belajar sejati terdorong oleh keyakinan dari dalam dan dalam suasana hati yang Merdeka. Murid hanya belajar secara sejati, apabila ia punya perhatian, merasa diri terlibat dan melibatkan diri dalam materi belajarnya. Semua anak dari kodratnya ingin tahu, ingin belajar, ingin mengembangkan diri. Murid adalah guru bagi dirinya sendiri.
Karena itulah, subtansi pembelajaran mendalam (deep learning) sama dengan konsep belajar sejati dalam suasana hati merdeka yang dicetuskan oleh Romo Mangun. Persoalannya sekarang adalah bagaimana subtansi belajar sejati dalam suasana hati merdeka ini dapat dipahami dan diimplementasikan oleh para guru dan satuan pendidikan di Indonesia.