Kebakaran LA vs Genosida Gaza Bukti Ketimpangan Respon Dunia

Oleh : Nurvani Septiani
Pernah nggak sih, kamu merasa ada yang janggal dengan cara dunia merespons suatu krisis? Contohnya, kebakaran besar di Los Angeles awal tahun ini dan genosida yang terus berlangsung di Palestina terutama sejak 7 oktober 2023 di Gaza. Dua peristiwa besar ini sama-sama menyedihkan, tapi kok rasanya perhatian dunia terhadap keduanya beda banget, ya?

Sumber : Instagram Taubatters & Muslimvox.

LA Terbakar, Dunia Panik

Ketika kebakaran besar melanda Los Angeles, semua langsung heboh. Berita soal ini muncul di mana-mana, mulai dari TV, radio, surat kabar, media sosial bahkan TikTok. Banyak negara langsung bergerak cepat kirim bantuan, baik berupa uang, alat pemadam, hingga relawan.

Respon pemerintah AS juga nggak main-main. Warga langsung dievakuasi, dana besar digelontorkan, dan semua fokus untuk menangani krisis ini. Pokoknya, seluruh dunia kayaknya “stand by” buat LA.

Palestina: Sunyi di Tengah Derita

Di sisi lain, ada Palestina yang sudah bertahun-tahun mengalami konflik berat, penjajahan terstruktur dan lebih dari 400 hari GENOSIDA hingga puluhan ribu korban didominasi warga sipil berjatuhan. Meskipun proses genosida sebenarnya sudah berlangsung sejak peristiwa Nakba 1948, namun pemantik paling luar biasa terjadi di era sosmed 7 oktober 2023 karena sedihnya proses tersebut dapat kira saksikan langsung di gadget kita.

 

Puluhan ribu orang kehilangan nyawa, jutaan lainnya kehilangan rumah, dan hingga kini kekejaman tersebut dapat kita saksikan lewat layar dalam genggaman, namun kemana perhatian dunia? Nyatanya tidak sebesar perhatian saat kebakaran di LA berlangsung.

Sumber : thelancet.com

Media sering banget cuma kasih liputan sekilas. Berita soal Palestina kayak tenggelam di antara kabar lainnya. Padahal, dampaknya jauh lebih berat—anak-anak putus sekolah, rumah sakit hancur, hidup terlunta-lunta di pengungsian, sulit akses makanan dan air bersih, keluarga saling tercerai berai belum lagi rumah mereka telah luluh lantak dan entah kapan kondisi tersebut akan berlangsung.

Apa yang Salah?

Ketimpangan ini tentu membuat kita bertanya-tanya: kenapa sih perhatian dunia bisa beda banget? Jawabannya ada di politik, ekonomi, dan media. LA itu bagian dari negara superpower seperti AS, jadi otomatis sorotan global lebih besar. Sementara Palestina, yang berada dalam situasi politik sulit, sering kali diabaikan karena nggak punya kekuatan geopolitik yang sama.

Sumber : Instagram BBC News

Media juga ikut memengaruhi. Berita tentang LA disajikan dramatis, dengan video dan cerita menyentuh. Sementara Palestina? Kadang cuma headline kecil. Ini bikin banyak orang nggak sadar betapa seriusnya krisis yang mereka hadapi. Sekaligus menjadi bukti krisis kemanusiaan tengah melanda dunia dewasa ini.

Pendekatan Pendidikan

Jadi bagaimana caranya supaya kita, khususnya generasi penerus seperti Gen Z & Gen Alpha, nggak ikut terjebak dalam bias seperti itu? Jawabannya ada di pendidikan. Kita perlu juga mengangkat isu-isu global seperti ini jadi bagian dari pelajaran dan pembahasan di sekolah.

Pembiasaan Berpikir Kritis

Di era arus informasi digital yang sukar disaring, kita harus belajar untuk tidak asal percaya hanya pada satu sumber berita saja. Coba bandingkan berita dari berbagai media, baik lokal maupun internasional. Bahkan berita di sosial media dari akun terverifikasi juga perlu menjadi bahan perbandinga. Hal ini akan membuat kita lebih kritis melihat permasalahan, sehingga tidak mudah termakan isu ataupun bias terhadap kondisi real di lapangan.

Pahami Nilai Kemanusiaan

Pendidikan juga seharusnya mampu mengajarkan kita untuk tidak pilih kasih dalam berempati. Nggak peduli itu terjadi di AS, Palestina, atau Indonesia, semua manusia punya hak yang sama untuk hidup damai dan sejahtera. Karena kemanusiaan seharusnya berlaku secara inklusif dan setara tidak rasis seperti selama ini. 

Oleh karena itu beragam upaya pendekatan baik di sekolah bersama guru maupun di rumah bersama orang tua, putra putri kita harus dicontohkan dan dibiasakan untuk menanamkan sikap empati.

Salah satu yang mulai diterapkan secara menyeluruh saat ini adalah pembelajaran deep learning. Dengan pembelajaran bermakna yang fokus namun tetap menyenangkan upaya peningkatan kemampuan berpikir kritis, empati, rasa kemanusiaan dan adab diharapkan mampu berkembang seiring dengan bertambahnya ilmu pada peserta didik.

Sumber : Gambar Google 

Bahas Masalah Ini di Sekolah

Bayangkan kalau sekolah-sekolah di Indonesia secara rutin membahas isu terkini seperti kebakaran hutan, krisis Palestina, bencana lokal maupun internasional terbaru dalam mata pelajaran yang bersesuaian, peserta didik diajak mengeluarkan pendapat dan pandangannya seputar isu disekitarnya maupun isu global sehingga bukan hanya kemampuan literasinya yang meningkat namun kepekaan terhadap lingkungan ikut terasah. Diskusi ini juga bisa membuat kita paham bahwa dunia ini saling terhubung sehingga kita tak bisa abai. Kedepannya bukan tidak mungkin solusi nyata justru hadir dari para pemikir digital native yang juga dikenal sebagai generasi influencer, karena buktinya banyak isu global yang belum juga berhasil dipecahkan kaum milenials.

Jadi Bagian dari Perubahan

Tidak cuma paham teori, kita bersama secada lintas generasi juga perlu secara rutin melakukan aksi nyata. Misalnya dengan membuat kampanye sosial, penggalangan dana, atau edukasi di media sosial tentang isu global. Ajak para peserta didik untuk banyak membaca berita terkini dari berbagai sumber terpercaya dan kampanyekan pandangan positif yang dapat membantu sekecil apapun efeknya jika dilakukan secara masif tentu dampaknya akan semakin nyata.

Generasi yang Melek Isu Global

Jika generasi Z dan Alpha dibuat familier belajar tentang isu-isu global sejak dini, mereka tentu akan tumbuh jadi generasi yang tak hanya pintar secara akademik tapi juga cerdas secara emosional dan spiritual serta memiliki empati. Generasi yang tahu bagaimana cara berpikir kritis, tapi tetap punya hati yang peduli.

Intinya penting sekali untuk kita semua, termasuk gen Z & Aplha jadi generasi yang nggak cuma peduli sama isu viral atau lokal, tapi juga ngerti apa yang terjadi di belahan dunia lain. Karena pada akhirnya, peduli terhadap isu kemanusiaan itu nggak ada batasnya bukan?

Jadi, bagaimana menurutmu? 

Siapkah menjadi bagian dari perubahan?

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.