Lelah Publik Mengharap Amanah

“Krisis Kepercayaan pada Pemimpin Publik di Indonesia: Kelalaian Petahana Menjaga Kepercayaan Masyarakat”

Oleh : Nurvani Septiani

Hashtag “#PeringatanDarurat” dan gambar Garuda berlatar Biru yang viral akhir-akhir ini mencerminkan keresahan masyarakat Indonesia terhadap situasi politik dan kepemimpinan di negara ini. Simbol-simbol tersebut digunakan sebagai bentuk protes dan peringatan kepada para pemimpin bahwa kepercayaan publik sedang dalam keadaan kritis. Mereka mencerminkan kebutuhan mendesak untuk perubahan dalam cara para pemimpin menjalankan amanah dan tanggung jawab mereka.

“Garuda Biru”, yang menjadi simbol dalam konteks ini, adalah adaptasi dari lambang negara, Garuda Pancasila, namun dengan warna biru yang menggambarkan situasi kritis atau darurat. Warna biru bisa diartikan sebagai representasi dari “keadaan yang mengkhawatirkan” atau “perasaan dingin” yang dirasakan oleh rakyat terhadap pemimpin mereka. 

Indonesia, negara kita tercinta yang penuh dengan potensi dan energi, sekarang sedang menghadapi tantangan serius di dunia politik. Salah satu yang paling terasa adalah krisis kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin publik. Maraknya kaus korupsi sampai keputusan-keputusan yang terasa jauh dari kepentingan rakyat, semua ini membuat kepercayaan kita terhadap pemimpin semakin tergerus. Padahal menjaga kepercayaan dari rakyat itu bukan cuma soal tanggung jawab moral tapi harusnya menjadi inti dari kepemimpinan sejati.

Keresahan publik yang kini dengan mudahnya menjamur melalui sosmed menjadi peringatan nyata bahwa rakyat sudah jenuh dan meminta perubahan. Simbol dan hastag viral tersebit mencerminkan seruan agar para pemimpin kembali ke jalan seharusnya, yaitu menjaga amanah dan kepercayaan yang telah diberikan oleh rakyat. Karena bukankah kursi dan kedudukan yang mereka terima saat ini adalah hasil suara rakyat?

 1. Mengapa Kepercayaan Mulai Luntur?

Kepercayaan kita kepada pemimpin sering kali diuji oleh berbagai skandal. Salah satu contoh nyata adalah kasus korupsi yang melibatkan dana bantuan sosial (bansos) pada tahun 2020. Ketika pandemi COVID-19 melanda, dana bansos yang seharusnya digunakan untuk membantu masyarakat yang paling membutuhkan justru disalahgunakan oleh oknum pejabat. Mantan Menteri Sosial, Juliari Batubara, terbukti bersalah karena menerima suap dari pengadaan paket bansos COVID-19. Tindakan ini sangat mencoreng kepercayaan publik karena dana yang seharusnya menyelamatkan orang-orang di masa krisis justru dijadikan alat untuk kepentingan pribadi.

Contoh lain bisa kita telaah berdasarkan Data Komisi Pemberantasan Korupsi sejak 2004 hingga Juli 2023 menyebutkan, sebanyak 344 kasus korupsi melibatkan anggota DPR dan DPRD. Jumlah ini terbanyak ketiga, di bawah kasus korupsi yang menjerat kalangan swasta (399 kasus) dan pejabat eselon I-IV (349 kasus).

Fakta, mereka yang terlibat korupsi yaitu mulai anggota hingga pimpinan DPR/DPRD. Miris, bukan? Padahal, sebagai wakil rakyat seharusnya mereka fokus pada fungsinya untuk menyejahterakan seluruh masyarakat Indonesia.

Ketika hal-hal seperti ini terjadi, sudah sewajarnya kita sebagai masyarakat Indonesia jadi merasa kecewa, marah, dan akhirnya kehilangan kepercayaan. Kita semakin skeptis terhadap pemimpin dan mulai mempertanyakan apakah mereka benar-benar peduli pada kesejahteraan masyarakat atau hanya mementingkan diri sendiri. Gerakan #PeringatanDarurat yang muncul akhir-akhir ini adalah salah satu cara rakyat menyuarakan rasa frustrasi mereka.

2. Apa Itu Amanah dan Kenapa Penting?

Amanah itu sederhana: ini tentang kepercayaan. Berdasarkan KBBI bahasa serapan ini dapat diartikan sesuatu yang dipercayakan/dititipkan. Dalam kepemimpinan, amanah berarti pemimpin memegang kepercayaan kita dan menjalankan tugasnya dengan jujur, transparan, dan bertanggung jawab. Karena jabatan para pemimpin sejatinya titipan kepercayaan dari rakyat. Jika kemudian pemimpin tidak bisa menjaga amanah akibat keserakahan atau keengganan mengembalikan titipan akibat haus kekuasaan tentu kepercayaan akan hilang, dan akhirnya berdampak bagi kita semua.

Bayangkan saja, saat pemimpin sudah tidak bisa dipercaya, bagaimana kita bisa yakin bahwa keputusan yang mereka buat itu benar-benar untuk kepentingan kita? Belum lagi sudah banyak bukti dan gambaran nyata pemenuhan kepentingan pribadi dan golongan para pemimpin kian menjadi. 

Padahal amanah inilah yang jadi fondasi utama dalam kepemimpinan, baik di masa lalu maupun sekarang hingga seterusnya. Gambar Garuda berlatar Biru yang kini viral seolah menjadi simbol pengingat bagi para pemimpin untuk kembali ke amanah yang sebenarnya.

3. Tanggung Jawab Pemimpin dalam Menjaga Kepercayaan

Menjaga kepercayaan rakyat adalah tugas utama pemimpin. Ini bukan sekadar retorika, tapi harus benar-benar diwujudkan dalam tindakan nyata. Contohnya, ketika seorang pemimpin membuat kebijakan, mereka harus memastikan bahwa kebijakan itu adil dan menguntungkan bagi semua, bukan hanya untuk kelompok tertentu. Sama halnya dengan pengelolaan dana publik—setiap sen yang mereka keluarkan harus bisa dipertanggungjawabkan.

Menjadi umat akhir zaman kita senantiasa merindukan fase kepemimpinan Rasulullah SAW dan para Khalifah. Mengutip dari buku Meneladani Kepemimpinan Khalifah karya Abdullah Munib El-Basyiry, sifat-sifat utama yang dimiliki Khulafaur Rasyidin (4 khalifah pengganti Rasulullah SAW) antara lain:

  • Arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
  • Berani dan tegas dalam mengambil tindakan yang benar menurut Al-Qur’an dan hadits.
  • Rendah hati dan santun dalam menghadapi kaumnya.
  • Disiplin dalam menjalankan tugas.
  • Selalu bekerja untuk menyejahterakan rakyatnya.
  • Tidak suka menggunakan kekayaan negara untuk kepentingan pribadi.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW terjadi musyawarah yang cukup alot tentang siapa yang berhal menggantikan pemimpinan beliau, karena masing-masing pihak sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Abu Bakar kemudian menengahi dengan mengatakan bahwa umat Islam hendaknya memilih seseorang yang tidak pernah meminta kekuasaan, sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kekhalifahan seharusnya dipegang oleh orang yang mampu memegang amanah, tidak gila akan kekuasaan, peka terhadap masyarakat, dan tidak silau harta.

Kalau pemimpin gagal menjaga amanah ini, efeknya nggak main-main. Rakyat bakal semakin kecewa, dan kita bisa kehilangan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Makanya, menjaga amanah itu bukan opsi, tapi kewajiban. 

Sayangnya kini rasanya sulit sekali memilih pemimpin dengan kelayakan kompetensi dan kemampuannya, justru petahana yang kini menanggung tanggung jawab adalah mereka yang menawarkan diri di bursa pemilihan dengan beragam latar belakang dan upaya entah seperti apa.

4. Apa yang Terjadi Jika Pemimpin Bisa Menjaga Amanah?

Bayangkan jika pemimpin kita bisa benar-benar menjaga amanah. Kepercayaan masyarakat akan kembali kuat, dan ini bisa membawa banyak hal positif. Misalnya, dengan kepercayaan yang terjaga, kita semua akan lebih semangat berpartisipasi dalam pembangunan negara. 

Ada beberapa contoh sukses di Indonesia, di mana pemimpin daerah mampu menunjukkan integritas dengan transparansi dalam mengelola anggaran dan program yang benar-benar membantu rakyat. Salah satu contoh yang patut disebutkan adalah Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat. Di bawah kepemimpinannya, Jawa Barat meraih berbagai penghargaan karena inovasi dalam pelayanan publik dan pengelolaan pemerintahan yang berbasis teknologi. Ridwan Kamil dianggap berhasil membangun kepercayaan masyarakat melalui pendekatan yang transparan dan inklusif, di mana rakyat bisa memantau langsung proyek-proyek pemerintah dan ikut serta dalam proses pembangunan.

Kepercayaan publik yang terjaga juga mendorong partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi, yang pada gilirannya memperkuat institusi negara. Selain itu, pemimpin yang amanah mampu membangun hubungan yang harmonis antara pemerintah dan masyarakat, menciptakan lingkungan di mana aspirasi rakyat didengar dan diakomodasi dengan baik.

Namun kini setelah masa jabatan habis ternyata langkah politik beliau juga mulai blunder sehingga banyak masyarakat mempertanyakan ketulusannya bahkan tidak sedikit yang kecewa lalu mencibir sepak terjangnya. 

5. Bagaimana Cara Memulihkan Kepercayaan?

Untuk mengembalikan kepercayaan yang hilang, kita butuh perubahan besar. Reformasi dalam sistem politik dan pemerintahan adalah langkah awal yang penting. Selain itu, penegakan hukum yang tegas terhadap para pelanggar amanah juga nggak kalah penting. Hukum harus bisa jadi penjamin bahwa pemimpin yang menyimpang dari amanah akan mendapatkan konsekuensi yang setimpal.

Tapi, perubahan ini nggak bisa hanya datang dari atas. Kita, sebagai rakyat, juga harus aktif mengawasi dan menuntut akuntabilitas dari para pemimpin. Dengan begitu, kita bisa bersama-sama membangun kembali kepercayaan yang selama ini terasa rapuh.

Pernahkan anda memperhatikan di era belakangan ini banyak kebijakan publik seolah-olah cek ombak sebelum disahkan, isu isu yang menimbulkan reaksi panas masyarakat digoreng hingga menggaung sebelum akhirnya ditarik mundur, direvisi atau sayangnya ada beberapa juga yang kecolongan disahkan di tengah malam.

Hashtag **#PeringatanDarurat** dan simbol **Garuda Biru** mengingatkan kita bahwa rakyat tidak akan diam ketika kepercayaan mereka dirusak. Ini adalah panggilan bagi semua pemimpin untuk bangkit dan memenuhi tanggung jawab mereka, untuk mengembalikan kepercayaan yang telah hilang dan menjaga amanah yang telah diberikan.

Krisis kepercayaan yang sekarang kita hadapi adalah tantangan besar yang harus kita atasi bersama. Para pemimpin harus benar-benar memahami bahwa menjaga amanah rakyat itu adalah tugas utama mereka. Tanpa amanah, kepemimpinan mereka tak akan berarti. Harapan kita dengan terus melek isu politik dan kondisi Indonesia yang tidak baik-baik saja, akan menyadarkan bahwa ini tugas kita bersama. Pilihan kita, amanah kita kepada mereka, kawal terus demi kebaikan bersama. Semoga Indonesia segera baik-baik saja.

1 thought on “Lelah Publik Mengharap Amanah”

  1. Publik sudah semakin lelah mengharap amanah yang sejati. Kepercayaan diberikan dengan harapan, namun seringkali hanya menjadi janji tanpa aksi. Semoga ke depan ada pemimpin yang benar-benar memegang amanah demi kesejahteraan rakyat.”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.