Madame Deficit dan Dinasti Politik Kontemporer

Oleh : Nurvani Septiani

Ada pepatah yang mengatakan, “Sejarah adalah guru kehidupan.” Tapi, sepertinya ada saja pemimpin yang enggan belajar. Baru-baru ini, Indonesia diramaikan dengan berita tentang menantu presiden dan anaknya yang berlibur ke California dengan jet pribadi saat pemulihan kondisi perekonomian rakyat pasca pandemi masih belum maksimal. Hal ini membuat kita teringat akan kisah Marie Antoinette dan gaya hidup glamournya, bagaimana kesenangan mewah di masa lalu tampaknya berputar kembali ke panggung utama circle pemimpin negeri ini.

1. Marie Antoinette dan Gaya Hidup Melejit

Marie Antoinette, ratu Prancis yang terkenal karena kekayaan dan kebiasaannya berpesta pora ditengah kondisi perekonomian memprihatinkan masyarakat Prancis kala itu menjadi gambaran ketidakpeduliannya terhadap kondisi rakyatnya.

Rakyat Perancis yang waktu itu menderita kelaparan dan kemelaratan, merasa bahwa sosok Marie Antoinette, atau yang sering disebut sebagai madame deficit, merupakan simbol monarki yang sangat dibenci oleh kalangan proletar. Ia bahkan pernah menjadi headline ketika digosipkan berkata, “Biarkan mereka makan kue!” meskipun tidak ada bukti konkret pernah benar-benar mengucapkan kalimat itu, namun gaya hidupnya sangat boros dan hobinya untuk berpesta membuat rakyat geram. Hal ini memicu terjadinya revolusi di negara Perancis di kemudian hari.

2. Dinasti Politik: Kerajaan bertopeng Demokrasi

Di era republik modern kita, tampaknya ada keinginan yang menggelora untuk memutar ulang drama monarki. Ketika menantu presiden dan anaknya menggunakan jet pribadi untuk liburan ke California, tampaknya kita sedang mengalami “Marie Antoinette Moment” di abad ke-21. Mirisnya kemungkinan mereka berpikir, “Jika rakyat tidak bisa makan kue, setidaknya mereka bisa melihat foto-foto kami di Instagram saat menikmati roti seharga 400 ribu rupiah.” Ah, teknologi—selalu ada cara baru untuk menunjukkan kemewahan! Sayangnya dibelahan bumi lain dana senilai itu setara dengan gaji guru honorer.

3. Kesan Aroma dari Berita Sensasional

Namun, ada tambahan aroma di berita ini—dan kita bukan hanya berbicara tentang kualitas udara California. Ternyata, menantu presiden yang dikenal cantik ini dikabarkan memiliki bau badan yang membuat orang-orang di sekitarnya mengernyit. Ini mungkin terdengar seperti plot komedi yang dibuat-buat, tetapi dalam konteks ini, masalah bau badan bisa menjadi simbol dari ketidakpedulian sama seperti yang melanda Marie Antoinette.

Ketika menantu presiden, meskipun secara fisik menarik bahkan sempat menjadi Putri Indonesia DIY 2022, dikabarkan memiliki masalah bau badan yang membuat orang-orang di sekitarnya tidak nyaman, hal ini menambah lapisan kritik terhadap mereka. Meskipun ini tampaknya sepele, masalah ini menjadi simbol dari ketidakpedulian dan ketidaksempurnaan dalam pengelolaan amanah publik. Seperti Marie Antoinette yang dianggap tidak peduli terhadap kesulitan rakyat, para pemimpin kontemporer yang terlibat dalam isu-isu sepele seperti ini sering kali dipandang sebagai tidak sensitif terhadap realitas rakyat.

Mungkin di masa depan, aroma mewah ini akan menjadi topik diskusi di acara talk show. Namun kini di masa serba sensitif isu ini kerap dibahas menjadi topik cuitan pedas netizen di berbagai sosmed.

4. Kesenjangan: Antara Pesta dan Keseharian

Kesenjangan antara kemewahan hidup para pemimpin dan realitas sehari-hari rakyat sering kali menjadi bahan bakar untuk kritik. Saat masyarakat masih berjuang dengan sisa efek pandemi, melihat para pemimpin kita berlibur dengan jet pribadi, belanja stroller bayi seharga 2 sepeda motor, mungkin membuat kita merasa seperti bintang film di ruang bioskop yang salah. Sebagai perbandingan, kita jadi membayangkan Marie Antoinette mengadakan pesta di Istana Versailles sambil mengabaikan kelaparan di luar tembok istana. Ternyata, drama sejarah tetap relevan!

Belum selesai kisah tentang roti seharga honor bulanan guru di daerah 3T beredar pula foto pejabat partai politik ditemani botol miras berharga fantastis, padahal belum setahun kasus kekerasan yang dilakukan anak petugas pajak akhirnya berbuntut sorotan terhadap gaya hidup mewah para pegawai DJP. Lagi-lagi tamparan bagi kaum proletar yang makin lelah melihat kebiasaan kaum borjouis.

5. Pelajaran dari Sejarah: Cobalah Untuk Tidak Mengulangi Hal yang Salah

Sejarah memberikan pelajaran berharga, dan kita semua berharap para pemimpin saat ini bisa belajar dari kesalahan masa lalu. Daripada meniru gaya hidup glamor Marie Antoinette, mungkin kita lebih baik mengadopsi sikap empati dan tanggung jawab. Kita semua sepakat: pameran mewah dan aroma yang tidak nyaman bukanlah cara terbaik untuk memenangkan hati rakyat. Mendekati masa PILKADA semoga sikap yang ditunjukan bukan sekedar demi mendapat suara tapi awal pembuktian upaya menyongsong Indonesia yang lebih baik.

Sambil menikmati drama kontemporer yang kita saksikan melalui genggaman, mari kita ambil hikmah dari sejarah—dengan sedikit humor tentunya. Saat kita melihat berita tentang kemewahan pemimpin dan masalah bau badan yang konyol, ingatlah bahwa kita semua berperan dalam menjaga keadilan dan transparansi. Dengan cara ini, kita bisa memastikan bahwa sejarah tidak perlu mengulang dirinya dengan twist yang sama.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.