Oleh : Miss Vani
Setiap kali Ramadan tiba, umat Islam di seluruh dunia menantikan datangnya malam paling istimewa: Lailatul Qadar, malam yang disebut dalam Al-Qur’an lebih baik daripada seribu bulan. Namun, di balik keutamaannya sebagai malam penuh rahmat dan ampunan, Lailatul Qadar juga menyimpan ribuan pelajaran berharga yang relevan untuk membentuk karakter dan kepribadian peserta didik.
Lailatul Qadar Lebih dari Sekadar Malam Ibadah
Lailatul Qadar sering kali dimaknai hanya sebagai malam untuk memperbanyak doa dan ibadah mahdhah saja, yaitu ibadah yang berkenaan dengan hubungan manusia dengan Allah SWT secara vertikal. Namun sebenarnya ibadah muamalah yang merupakan segala perbuatan mendatangkan kebaikan dan dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah SWT juga tentu perlu dijalankan. Salah satunya makna malam seribu bulan berkenaan dengan dunia pendidikan, malam ini adalah momen emas untuk menanamkan nilai-nilai spiritual yang mendalam. Peserta didik bisa belajar mengenai pentingnya perenungan diri, memperbaiki akhlak, dan menguatkan rasa tanggung jawab terhadap sesama dan Sang Pencipta.
Benarkah Lailatul Qadar Hanya Ada di 10 Malam Terakhir Ramadan?
Mayoritas ulama sepakat bahwa Lailatul Qadar hadir di sepuluh malam terakhir Ramadan, terutama di malam-malam ganjil, yaitu malam ke-21, 23, 25, 27, atau 29. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
“Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir Ramadan.“
(HR. Bukhari)
Hikmah dari tidak disebutkannya malam secara pasti adalah agar umat Islam terus semangat beribadah sepanjang malam-malam terakhir Ramadan, bukan hanya menanti malam tertentu. Sikap gigih, konsisten, dan tidak mudah menyerah inilah yang sejatinya menjadi nilai penting yang bisa diterapkan peserta didik dalam proses belajar mereka. Wallahu A’lam Bishawab.
Kesabaran dan Keikhlasan yang Tumbuh di Malam Seribu Bulan
Lailatul Qadar mengajarkan arti sejati dari kesabaran dan keikhlasan. Menanti kehadirannya memerlukan tekad dan ketekunan yang luar biasa. Proses ini dapat menjadi refleksi bagi peserta didik bahwa dalam belajar pun mereka harus memiliki kesabaran dan keikhlasan untuk mencapai hasil terbaik.
Peningkatan Disiplin selama Ramadan
Ramadan mengajarkan ritme kehidupan yang berbeda. Mulai dari sahur sebelum fajar, menahan diri sepanjang hari, hingga memperbanyak ibadah di malam hari—semuanya menuntut kedisiplinan tinggi. Nilai ini penting untuk diterapkan dalam kehidupan akademik agar siswa menjadi pribadi yang teratur, mampu mengatur waktu serta skala prioritas dalam hidupnya, dan bertanggung jawab akan setiap keputusan atau langkah yang diambil.
Ribuan Hikmah yang Bisa Diambil dari Lailatul Qadar
Lailatul Qadar adalah malam yang sarat dengan hikmah. Guru dan orang tua dapat membimbing peserta didik untuk memetik pelajaran bersama, seperti:
• Menghargai waktu dan kesempatan
• Menumbuhkan rasa empati kepada orang lain
• Menahan diri dari nafsu dan emosi sesaat
• Belajar menjadi pribadi yang rendah hati dan penuh syukur
• Memperbaiki diri dan berbuat kebaikan secara konsisten
• Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan dengan menjaga sistem pencernaan
Semua ini menjadi modal penting dalam membentuk karakter peserta didik yang kuat dan berintegritas. Tentu masih banyak hikmah lain yang bisa dicari bersama oleh orang tua dan putra-putrinya secara khusus, serta masyarakat luas secara umum sehingga Lailatul Qadar mampu memberikan hikmah berkelanjutan sepanjang masa.
Lailatul Qadar adalah malam luar biasa yang menyimpan lebih dari sekadar keberkahan ibadah. Malam seribu bulan ini membawa ribuan pelajaran hidup yang dapat membentuk peserta didik menjadi generasi yang tidak hanya unggul dalam ilmu, tetapi juga dalam akhlak dan ketahanan spiritual.
Mari jadikan momen ini sebagai ruang belajar istimewa bagi kita semua, untuk mencetak pribadi yang lebih baik.